Sabtu, 30 Oktober 2010

Alat Pemadam Kebakaran

Kebakaran dalam Laboratorium banyak terjadi karena pemanasan, ekstrasi, atau Destilasi pelarut organic. Prinsip utama dalam penanggulangan kebakaran adalah bahwa api sebelum membesar harus segera dapat dipadamkan. Semakin besar api semakin sukar dikuasai karena suhu yang lebih tinggi akan mempercepat prosese kebakaran. Selagi api masih kecil harus segera dipadamkan dengan kain atau sarung basah atau selimut basah (fire blanket).


  1. Menurunkan suhu bahan yang terbakar
  2. Mengurangi kontak dengan Oksigen
  3. Mengurangi radikal penyebab reaksi berantai


 

  1. Jenis-jenis Bahan Api
    1. Bahan Padat (Combustion Solids)
      Kayu, Kertas, Kain
    2. Cairan Mudah Terbakar (Combustible Liquid)
      Petrol, Kerosene, Diesel, Methanol, Ethanol
    3. Gas Mudah Terbakar (Combustible Gases)
      Hydrogen, Methane, Butane, Carbon Monoxide
    4. Bahan Logam (Combustible Matels)
      Kalium (Potassium), Natrium (Sodium), Kalsium Magnesium
    1. Jenis-jenis Pemadam Kebakaran

      Bergantung pada jenis api yang terjadi, berbagai macam pemadam kebakaran yang dapat dipakai adalah :

  • AIR

    Mudah diperoleh dengan cepat. Dalam pemadaman, air berfungsi sebagai pendingin dan menyelimuti bahan dari O2 oleh adanya uap air yang terbentuk. Air amat baik untuk api kelas A yaitu kebakaran kertas, kayu, karet, dan sebagainya. Tetapi pemadaman air berbahaya untuk :

    • Kelas B : kebakaran pelarut organic karena justru akan membesarkan atau memperluas kobaran api. Kecuali pelarut organic tersebuk lebih berat air atau larut dalam air.
    • Kelas C : kebakaran akibat listrik karena akan menimbulkan hubungan jarak pendek. Kecuali apabila listrik dipadamkan lebih dahulu.
    • Kelas D : kebakaran logam-logam Alkali seperti Na dan K, karena akan memperbesar reaksi kebakaran.
  • BUSA

    Busa adalah dispersi gas dalam cairan yang berfungsi mengisolasi bahan dan oksigen. Pemadam kebakaran jenis busa cukup efektif untuk Api kelas A dan B, tetapi berbahaya untuk api kelas C dan D.

    3.    Bubuk Kering (dry Powder)

Bubuk Kering adalah bubuk halus campuran bahan kimia seperti Na2CO3, K2CO3, KCl, (NH4)3PO4 dan sebagainya yang mudah mengalir apabila yang mudah mengalir apabila disemprotkan. Dalam pemadaman api, bahan tersebut berfungsi sebagai:

  1. Melindungi bahan dari O2
  2. Melindungi bahan dari radiasi panas
  3. Menyerap radikal pembentuk reaksi rantai

    Jenis pemadam ini amat baik untuk api kelas A, B dan D, tetapi tidak efektif untuk tempat yang berangin atau diluar. Selain itu, api dapat timbul kembali (reignition) setelah dipadamkan.

    4.    Gas CO2

    Gas CO2 bertekanan tinggi, dengan efektif dapat dipakai untuk pemadaman segala jenis kebakaran api (A, B, C dan D). hal ini karena terjadi gas tersebut yang lebih berat dari udara dapat menutupi atau mengisolasi bahan yang terbakar dari O2. namun kelemahannya adalah dapat terjadi penyalaan kembali.

    5.    Halon

    Halon adalah senyawa hidrokarbonyang terhalogenasi (umumnya turunan metana dan etana). Jenis pemadam kebakaran ini berfungsi sebagai :

  4. Pembentuk selimut inert yang mengisolasi bahan dari O2
  5. Penyerap yang efektif terhadap radikal-radikal penyebab reaksi berantai

    Sebagaimana gas CO2, halon dapat dipakai pemadaman api kelas A, B, C dan D. Mempunyai volume yang lebih kecil sehingga lebih praktis daripada CO2. Secara singkat penggunaan pemadam kebakaran dapat dilihat dari table berikut :

Kelas Api 

Bahan Terbakar

contoh 

Pemadam Kebakaran

Air 

Busa 

Bubuk Kering 

CO2 

Halon 

A 

Kertas, Kayu, Karet dan Kain 

Ya 

Ya 

Ya 

Ya 

Ya 

B 

Benzena, Eter, Heksana, dan Minyak cat 

Tidak 

Ya 

Ya 

Ya 

Ya 

C 

Listrik dan Motor 

Tidak 

Tidak 

Ya 

Ya 

Ya 

D 

Logam alkali (Na dan K) 

Tidak 

Tidak 

Ya 

Ya 

Ya 


 

  1. Penyedian Peralatan dan Pelatihan

    Peralatan pemadaman kebakaran harus tersedia dalam suatu laboratorium kimia, mengingat banyaknya kemungkinan kebakaran. Karung atau selimut api (fire blanket) adalah peralatan yang sederhana dan praktis untuk memadamkan dengan cecap, kemungkinan kebakaran kecil atau baru mulai. Pemadam kebakaran CO2 cukup pula memadai untuk suatu laboratorium meskipundapat pula dilengkapi dengan pemadam bahan kimia bubuk atau BCF.

    Namun hal yang sangat penting adalah bahwa para pekerja atau mahasiswa yang bekerja dalam laboratorium harus mengetahui letak pemadam kebakaran dan cara operasinya. Selain itu, gas pemadam kebakaran dalam silinder seperti CO2, perlu dilakukan pengecekan isinya dengan cara penimbangan, sebab ia dapat habis setelah beberapa tahun tidak pernah digunakan. Kedua hal tersebut perlu ditekankan mengingat seringnya terjadi kebakaran, dimana para pekerja menjadi bingung dan tidak dapat mengoperasikan alat pemadam kebakaran. Atau kalaupun dapat memakainya, silinder gas ternyata kosong.

    Oleh karena itu, diperlukan latihan-latihan untuk mengoperasikan pemadam kebakaran, sambil membiasakan diri untuk tidak panic apabila menghadapi kebakaran.

  2. Cara Penyimpanan Bahan Kimia


     

    Bahan kimia harus disimpan dalam kemasan asli dari produsen, jika memungkinkan, mengingat label kemasan memberikan informasi yang berharga terkait dengan simbol bahaya dan frase R & S. Jika wadah lain digunakan, maka haruslah digunakan pelabelan yang sama. Upaya melindungi label dari pengaruh bahan kimia dan menjaga supaya melekat baik maka haruslah dilapisi dengan lembaran plastik transparan. Label ini harus terlihat jelas dan ditulis dengan pencil atau tinta yang permanen.
    

    Wadah dan botol untuk penyimpanan bahan kimia harus dibuat dari bahan yang kuat. Wadah plastik atau gelas sering digunakan untuk keperluan ini. Untuk penyimpanan bahan kimia yang sangat sensitif seperti dietil eter yang cenderung berubah membentuk peroksida yang berbahaya maka gelas berwarna gelap harus digunakan. Jika botol plastik digunakan harus diperkirakan bahwa bahan sangat mungkin akan rusak akibat pengaruh cahaya matahari dan dapat pecah. Botol seperti ini harus berulang kali dicek dan bahan kimia dipindahkan pada wadah yang lain, jika diperlukan. Perhatian khusus harus dilakukan pada kemungkinan perpindahan pelarut organil melalui dinding botol plastik.
    

    Pembuangan stock bahan kimia yang sudah tidak terpakai perlu dilakukan secara berulang. Semua bahan kimia dalam laboratorium harus diperiksa pada periode tertentu, minimal satu kali setahun. Bahan kimia yang mungkin melepaskan racun, bersifat korosif atau gas-gas yang mudah terbakar, atau debu perlu dicadangkan hanya dalam jumlah kecil di lemari asam.
    


 

Pemindahan Dan Transfer Bahan Kimia Ke Wadah Lain

Selama pemindahan bahan kimia, perhatian perlu ditekankan untuk menghindari wadah jatuh atau kehilangan bahan. Wadah gelas yang terisi penuh biasanya merupakan hal yang sangat mudah pecah. Wadah seperti ini tidak boleh dibawa dengan memegang leher wadah, tetapi harus dipindahkan dengan menggunakan kantong, rak, perangkat bergerak atau keranjang.

Pemindahan bahan kimia dari satu wadah ke wadah lain selalu memperhitungkan risiko tercecer dan dengan demikian sangat mungkin terjadi kontak dengan kulit dan terkontaminasi pada baju. Sebagai tambahan, gas dan debu dapat terhirup. Debu juga dapat menyebabkan api jika tidak penanganan tidak diambil terhadap peralatan elektrostatik.

Supaya menurunkan risiko yang mungkin terjadi, suatu  kain alas untuk cairan atau bubuk harus selalu digunakan, bahkan untuk pengguna yang memiliki kemampuan cukup untuk menangani bahan kimia tanpa peralatan umum. Selama pengisian cairan, baik bahan yang toksik atau korosif, pengisian ke dalam tangki seperti ini harus digunakan. Hal yang sama harus dikerjakan pada pengisian padatan atau serbuk, lembar alas seperti kertas haruslah digunakan.

Pada kondisi tidak ada pengaruh lain, tidak diijinkan untuk memipet cairan dengan menghisap menggunakan mulut karena diketahui banyak kecelakaan kerja terjadi karena hal ini termasuk kasus keracunan dan kerusakan jaringan mulut. Kebiasaan ini juga akan diikuti pada kasus cairan yang berbahaya untuk menghindari budaya yang salah dalam aktivitas kerja harian di laboratorium. Untuk pengisian cairan di pipet dapat dibantu menggunakan pipet bola.


 

  1. Aspek Penting Pengerjaan Ekperimen yang Aman    
    

    Kami meminta penurunan eksperimen-eksperimen laboratorium yang berisiko untuk dikaji ulang dan diatur dengan baik. Untuk keperluan ini, petunjuk kerja sangatlah berguna. Petunjuk ini tidak hanya berisikan spesifikasi reaksi tetapi juga memberi label dari setiap senyawa yang digunakan. Informasi penting lebih lanjut dibutuhkan berupa risiko yang mungkin terjadi bagi orang dan lingkungan, taksiran perlindungan diri dan instruksi tentang pertolongan pertama pada kasus darurat, dan informasi tentang taksiran pemusnahan dari limbah yang dihasilkan.
    

    Sebelum memulai eksperimen, perlu diperiksa apakah tersedia cukup waktu untuk menyusun eksperimen sesuai alokasi waktu. Jika tidak maka perlu diputuskan jika suatu eksperimen dapat dihentikan dengan aman pada selang waktu tertentu tanpa memberikan kerugian yang berpengaruh.
    

    Semua bahan kimia dan peralatan yang dibutuhkan untuk suatu unjuk kerja yang aman harus diperhatikan dari awal. Beberapa hal perlu dianjurkan bekerja dengan bahan kimia di lemari asam. Eksperimen harus dilaksanakan di lemari asam jika melibatkan bahan-bahan yang bersifat toksik atau korosif dan / atau gas, uap atau aerosol yang mungkin terlepas dalam konsentrasi yang membahayakan. Sebagai contoh untuk hal ini adalah penguapan atau pemanasan senyawa menggunakan pemanas minyak terbuka.
    

    Untuk memastikan unjuk kerja lemari asam tetap baik maka pintu depan dan jendela samping harus ditutup selama melakukan eksperimen. Tenaga maksimum hanya dimungkinkan jika aliran udara tidak terganggu. Yang terbaik hal ini dapat dicapai dengan jalan memindahkan semua tabung dan gelas dari tempat kerja di lemari asam jika barang-barang tersebut tidak diperlukan. Gangguan aliran dapat juga meningkat akibat sumber panas. Biasanya nyala api terbuka seperti kompor Bunsen memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap unjuk kerja lemari asam dan hal ini jelas harus dihindari.
    

    Mengingat bahan-bahan kimi biasanya bersifat berbahaya maka bahan ini tidak boleh terjadi kontak dengan kulit selama penanganan. Bahan-bahan yang berbahaya harus ditangani hanya dalam jumlah yang kecil dan peralatan pelindung yang nyaman harus dikenakan.
    

    Pada praktikum laboratorium untuk mahasiswa, bahan-bahan karsinogenik, mutagenik dan teratogenik dilarang diterapkan. Bahan-bahan seperti ini secara prinsip dapat digantikan dengan bahan lain yang efeknya lebih rendah jika tujuan pembelajaran dapat dicapai melalui pendekatan didaktik, metodologi dan saintifik. Perkecualian untuk pergantian fungsi bahan ini hanya dapat dibuat jika eksperimen sangat penting berpengaruh sangat besar pada aspek harian dari ilmu yang terkait. Pada praktikum laboratorium dasar untuk mahasiswa tingkat sarjana, eksperimen seperti ini akan diselenggarkan pada akhir praktikum jika mahasiswa telah memiliki keterampilan kerja yang memadai dan praktikum secara umum telah dikenalkan terlebih dahulu. 
    

    Selama pemanasan bahan cairan tertentu, perhatian harus dijaga supaya tidak terjadi prose mendidih yang berlebihan dan terjadi percikan keluar dari wadah dengan menggunakan batu pendidih atau pengaduk magnet. Saat pemanasan cairan dalam tabung reaksi, tabung harus digoyang secara terus-menerus supaya menghindari pendidihan yang mendadak yang dapat memungkinkan seluruh cairan keluar dari tabung reaksi. Untuk alasan keamanan, tabung yang terbuka tidak boleh dihadapkan pada diri sendiri atau orang lain yang di dekatnya. Jika diperlukan bahan yang terpercik harus segera dibersihkan misal pertama kali dengan jalan netralisasi asam atau basa dan kemudian cairan dilap dengan menggunakan sarung tangan pelindung.
    


     

Aspek Keamanan Penggunaan Sarana Dan Alat Selama Eksperimen

    Hampir semua eksperimen dengan bahan kimia dilakukan menggunakan peralatan gelas. Gelas memiliki banyak keuntungan dalam eksperimen kimia. Gelas tidak hanya bersifat non reaktif tetapi juga dapat menyajikan pengamatan visual selama reaksi berlangsung. Tetapi gelas dapat mudah pecah dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Luka terpotong atau tergores dari pecahan peralatan gelas merupakan salah satu luka yang sangat sering terjadi di laboratorium. Peralatan tersusun dari bahan gelas dapat menyebabkan bahan kimia yang berbahaya dan memungkinkan terjadinya kebakaran. Susunan peralatan gelas harus dilakukan dengan mengikuti petunjuk kerja yang aman. Penggunaan bagian peralatan yang tidak cocok harus dihindari seperti penggunaan tipe gelas yang berbeda, sambungan peralatan gelas yang tidak sesuai, dan lain sebagainya. Susunan peralatan gelas yang kompleks harus dibangun tanpa tekanan mekanik yang dapat memungkinkan gelas pecah. Hal ini dapat dilakukan pada tempat yang aman (yang terbaik adalah di lemari asam) dan aman dari gangguan.

    Peralatan laboratorium biasanya disusun pada sistem terbuka pada kondisi atmosfer supaya menjamin kompensasi tekanan dan menghindari ledakan, perkecualian reaktor autoklaf yang terbukan dari bahan logam baja dan non korosif.

    Pada banyak kasus, peralatan yang menggunakan listrik umum digunakan seperti pengaduk, pemanas, sentrifus dan lain-lain. Peralatan seperti ini harus dalam kondisi teknis yang baik dan memenuhi spesifikasi keamanan untuk dioperasikan dengan listrik. Hal ini harus diperikasa selama kisaran waktu tertentu oleh teknisi yang ahli meliputi perbaikan kabel yang tersayat, sambungan, konsluiting dan lain-lain atau menggantinya jika terjadi kerusakan. Pemeriksaan keamanan yang diperlukan untuk peralatan bersifat bergerak juga perlu dilakukan setara dengan peralatan diam. Pompa dan pengaduk biasanya dioperasikan dengan menggunakan motor listrik. Peralatan ini biasanya tidak dapat meledak.

    Pada eksperimen yang menggunakan bahan kimia yang sangat mudah meledak seperi gas hidrogen atau hidrogen sulfida, motor listrik dapat diganti dengan menggunakan turbin air atau motor udara. Sebelum memulai eksperimen, bagian-bagian yang umum pada setiap peralatan perlu diperiksa unjuk kerjanya. Hal ini meliputi pompa vakum, sistem pendingin, pengaduk dan beberapa peralatan listrik lainnya – sebelum bahan kimia ditambahkan ke dalam peralatan.

Pemanasan Dan Pendinginan

Sebagai sumber panas, kompor Bunsen, pemanas listrik datar, mantel pemanas dan wadah pemanas dapat digunakan. Pada kasus bahan kimia yang mudah terbakar, pemanas terbuka tidak boleh digunakan. Penggunaan wadah pemanas adalah merupakan metoda yang aman untuk transfer panas. Wadah pemanas melakukan transfer panas dengan temperatur yang tidak jauh berbeda. Dengan menggunakan wadah pemanas, wadah harus diisikan dengan ketinggian tertentu, karena transfer panas oleh cairan merupakan bagian yang tidak terpisahkan saat terjadinya kenaikan panas yang signifikan saat pemanasan. Lebih lanjut, cairan untuk transfer panas dan bahan kimia yang dipanaskan tidak boleh mengalami reaksi satu sama lain yang membahayakan jika peralatan reaksi pecah selama eksperimen berlangsung. Hal ini harus diterapkan pada banyak kasus sebagai contoh logam natrium atau kalium terendapkan tidak boleh dipanaskan dengan menggunakan pemanas air.

Sebagai aturan prinsip maka sumber panas harus ditempatkan pada kedudukan tertentu sehingga pemanas dapat dipindahkan dengan mudah dan tanpa pengubahan susunan peralatan reaksi. Suatu metoda yang cocok untuk kasus ini adalah dengan menggunakan pemanas naik turun.

Selama pemanasan, peralatan yang mengandung bahan kimia dapat terbakan maka pendingin harus digunakan. Jika pendingin ini dioperasikan dengan menggunakan air maka sambungan selang untuk mengumpan dan mengalirkan air harus dijaga kuat dengan menggunakan klep penjepit. Hal ini harus dilakukan dengan baik supaya pendinginan tetap terjaga tanpa menyela selama pelaksanaan eksperimen guna menghindari kejadian kebakaran api yang membahayakan atau bahkan terjadi ledakan. Pada eksperimen dimana logam alkali dan alkali tanah atau logam hidrida digunakan, pendingin gelas harus diganti dengan menggunakan pendingin logam yang lebih stabil. Sebagai bahan pendingin di laboratorium, es, campuran es dan garam (NaCl – 21 °C, CaCl2 – 55 °C), campuran es kering dan pelarut (- 78 °C), atau nitrogen cair umum digunakan. Bahan pendingin ini ditempatkan pada tabung Dewar sebagai penghambat panas. Tabung Dewar merupakan gelas bulat dengan dinding lapis yang dihampkan yang dapat pecah dengan mudah. Tepi atas dinding tabung Dewar biasanya cukup berbahaya. Dengan demikian, tabung Dewar biasanya diselubungi dengan menggunakan jaket logam, plastik yang sangat kuat atau bahan lainnya, dan pengguna harus menggunakan sarung tangan perlindungan diri. 

    Cairan yang mudah terbakar harus ditempatkan pada refrigerator atau pendingin jika bahan ini juga tersusun dari bahan yang mudah meledak.


 

Bekerja Pada Kondisi Pengurangan Tekanan Dan Vakum

Saat bekerja di laboratorium, kondisi pengurangan tekanan atau vakum sering digunakan, sebagai contoh proses destilasi dari senyawa yang mudah terdekomposisi atau pengeringan bahan kimia dalam desikator. Selama proses pengurangan, tekanan sekitar 1 kg/cm2 tetap tersisa pada permukaan gelas yang dihasilkan dari tekanan atmosfer. Tekanan ini dapat menekan wadah jebol jika peralatan gelas tidak cukup kuat untuk aplikasi vakum atau peralatan telah retak pada permukaan (biasanya retak tidak terlihat). Akibat terjadinya ledakan, peralatan gelas dapat terlempar ke segala arah dan dapat melukai beberapa orang di sekitarnya (mata atau luka). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan upaya perlindungan yang efektif untuk mengatasi ledakan ini dengan menggunakan bahan pelindung, selubung desikator dan lain sebagainya, dan umumnya digunakan pada peralatan vakum dengan ukuran yang cukup besar.

Wadah gelas yang beralas datar seperti gelas erlenmeyer tidak boleh digunakan untuk pemindahan karena menyebabkan terjadinya risiko ledakan.

Hal yang harus dicatat adalah pemvakuman dengan menggunakan pompa air jet atau pompa diafragma tidak kurang berbahaya jika dibandingkan dengan menggunakan pompa vakum berkemampuan tinggi. Tekanan yang dihasilkan dari permukaan gelas hampir selalu sama pada kasus-kasus tersebut. Bahkan untuk penerapan pemvakuman yang relatif sedang pada cawan penyaring (Buchner) untuk menyaring endapan akan menghasilkan tekanan sebesar 300-800 g/cm2  pada permukaan gelas. Suatu aerasi tertentu pada pemanasan, peralatan evakuasi harus dihindari, karena campuran uap-udara yang dihasilkan dapat menyebabkan terjadinya ledakan.

    

4.    Bekerja Pada Tekanan Tinggi

    Reaksi dengan tekanan yang meningkat (tekanan berlebih) akan dilakukan dengan menggunakan peralatan yang terbukti kuat. Peralatan untuk tekanan tinggi (seperti tabung bomb, autoklaf) harus memenuhi ketentuan aturan "Pressure Vessel's Ordinance" (Druckbehaelterverordnung) yang terkait dengan pembuatan, penyusunan dan cara kerja sebagai baikan dari laboratorium khusus dengan tekanan tinggi. Pelapis tabung tidak boleh dihilangkan dari mantel logam atau oven selama pengisian tekanan. Langkah kerja autoklaf dilakukan di laboratorium khusus dan harus selalu diperiksa secara rutin untuk memastikan proses dapat berlangsung dengan aman. Batas tekanan dan temperatur yang diberikan oleh produsen tidak boleh terlampaui.


 

5.    Pengeringan Peralatan Laboratorium

    Oven pengering di laboratorium pengering biasanya tidak didesain tahan ledakan dan tidak terhubungkan dengan sistem pembuangan udara. Peralatan laboratorium yang dikeringkan dalam oven dilakukan setelah dibersihkan dan dicuci dengan air. 

    Untuk pengeringan bahan kimia dan produknya yang mungkin melepaskan gas atau uap mudah terbakar, termasuk juga campuran maka oven yang terbukti tahan ledakan harus digunakan    

1 komentar:

  1. Penjelasannya cukup panjang dan sangat memuaskan, terutama bagi saya.

    terima kasih

    BalasHapus

Photobucket
Bisnis Dahsyat tanpa modal